Prof. Dr. Ibrahim, MA Ungkap Dinamika Komunikasi Dakwah Islam di Indonesia

Pendidikan

ZONAKALBAR.COM, PONTIANAK – Guru Besar Ilmu Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Pontianak, Prof. Dr. Ibrahim, MA, mengupas secara mendalam dinamika, peluang, dan tantangan komunikasi dakwah Islam di Indonesia seiring dengan perubahan zaman. Dalam acara Diskusi Dosen Sesi 6 yang diselenggarakan oleh Pascasarjana IAIN Pontianak pada Kamis, 19 Juni 2025, ia menyoroti pentingnya etika dan adaptasi dalam menghadapi era digital.

Baca juga:Amalan Sunnah Malam Jumat yang Dianjurkan Rasulullah

Dalam paparannya yang berjudul “Dinamika Komunikasi Islam-Indonesia”, Prof. Ibrahim menegaskan bahwa “perubahan dan perkembangan cara komunikasi dan penyampaian pesan adalah sebuah keniscayaan”, ujarnya.

Lebih lanjut ia memetakan evolusi komunikasi dakwah di Indonesia ke dalam tiga fase utama.

Baca juga:Dr. Nur Hamzah di UNPAB: Otoritas Keluarga dan Lembaga Pendidikan Melemah di Era Digital

Pertama adalah fase komunikasi dakwah tradisional-konvensional yang bersifat sederhana dan memanfaatkan seni budaya lokal. Pada fase ini, komunikasi dilakukan secara tatap muka (Face to Face) melalui ceramah, pengajian di rumah, surau, masjid, pondok pesantren, dan berbagai kegiatan seni budaya lainnya.

Kedua, fase komunikasi dakwah konvensional-modern yang ditandai dengan pemanfaatan media massa. Komunikasi dibangun secara lebih terampil dengan memanfaatkan kehadiran media massa cetak, elektronik bahkan film. Sejarah mencatat kemunculan Radio Hindia Belanda pada tahun 1925, RRI tahun 1945, TVRI pada tahun 1962, hingga menjamurnya stasiun TV swasta bermula pada tahun 1989 sebagai medium dakwah baru.

Baca juga:Keutamaan Berhubungan Suami Istri di Malam Jumat

Ketiga, fase komunikasi dakwah modern-digital, era komunikasi masa kini dimana kita berada. Era ini mulai masif sejak tahun 2000-an, dengan pemanfaatan platform digital dan media sosial sebagai ciri utamanya. Komunikasi dakwah modern ini dilakukan melalui jaringan internet.
Di tengah dinamika tersebut, tentu ada peluang dan tantangan yang harus dihadapi.

Prof. Ibrahim menjelaskan bahwa era digital membuka berbagai peluang besar bagi komunikasi Islam. Beberapa di antaranya adalah:

Baca juga:Link Baca Komik Spoiler One Piece 1152 Mangaplus Gratis, Situs Resmi

Terbukanya ruang yang luas bagi kreativitas dan inovasi komunikasi dakwah.
Ketersediaan multi-platform media komunikasi digital yang bisa dimanfaatkan untuk optimalisasi syiar Islam.
Aksesibilitas dan jangkauan komunikasi yang lebih luas.

Kemampuan untuk menyasar populasi mayoritas saat ini, yaitu Generasi Milenial, Gen Z, dan Gen Alfa.
Namun, di balik peluang tersebut, terdapat tantangan yang perlu diberi perhatian bersama, antara lain:

Adanya tren mengejar popularitas di atas substansi materi yang disampaikan.
Masih adanya kesenjangan akses digital dan informasi di tengah masyarakat.

Baca juga:Rekomendasi Drama Korea Bulan Juni 2025

Tuntutan penguasaan teknologi informasi untuk kepentingan komunikasi dakwah yang lebih efektif. Kerentanan terhadap kontaminasi informasi negatif seperti provokasi dan hoaks.

Untuk mengatasi semua persoalan tersebut, diperlukan etika dan adaptasi yang baik menghadapi kompleksitas komunikasi era digital. Dan itu merupakan kebutuhan mendesak, ujar Prof. Ibrahim.

Lebih lanjut menurutnya, di tengah liberalisasi informasi dan potensi kejahatan siber serta manipulasi, setiap pesan dakwah yang disebarkan haruslah benar dan dapat dipertanggung-jawabkan.

Baca juga:Jadwal dan Free ( Gratis ) Link Nonton Piala Dunia Antarklub 2025 Hari Ini, Kamis 19-18 Juni 2025

“Karena perubahan dan perkembangan sosial budaya, ilmu pengetahuan, dan TIK merupakan sebuah keniscayaan, maka diperlukan kontrol nilai-nilai etika keagamaan dan sosial budaya,” tegasnya.

Terakhir, Prof. Ibrahim menegaskan bahwa kemampuan beradaptasi sangat krusial agar dakwah dapat mengambil peran lebih dalam mempengaruhi dan mewarnai ruang digital. Tujuannya untuk memberikan dampak positif dan kemaslahatan, baik bagi nilai-nilai keagamaan (Islam) maupun bagi kebudayaan komunikasi lokal (Indonesia).
Menutup presentasinya, Prof. Ibrahim mengajak para pelaku dakwah untuk secara maksimal memanfaatkan realitas digital.

“Ambil peran di bidang apa pun sesuai kapasitas yang dimiliki untuk ikut mewarnai (ruang digital) dengan pesan Islam dan dakwah,” pungkasnya.

Komentar