Rektor UIN Antasari Ajak Akademisi Pikirkan Kembali Hubungan Sains dan Agama untuk Atasi Krisis Lingkungan

PONTIANAK, ZONAKALBAR.COM – Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin, Prof. Dr. H. Mujiburrahman, MA, menekankan pentingnya peran akademisi dalam menghadapi krisis lingkungan hidup melalui pendekatan teologi Islam. Hal ini ia disampaikan pada saat Seminar Internasional Konsorsium Akademik Islam se-Borneo (KAIB) ke-16 yang diselenggarakan di Hotel Mercure Pontianak, dengan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak sebagai tuan rumah.

Baca juga:Komisi 4 DPRD Pontianak Tinjau Program Makan Bergizi Gratis 

Baca juga:MAN 1 Pontianak Sukses Gelar KS Vo. 3-2025 Se-Kalbar, SMAN 3 Singkawang Raih Juara Umum

Dalam paparannya, Prof. Mujiburrahman menyoroti bagaimana manusia modern seringkali kurang memiliki penghargaan terhadap alam. Mengutip buku “Sacred Nature” karya Karen Armstrong, ia menjelaskan bahwa krisis ini berakar dari perkembangan sains dan teknologi yang terlepas dari nilai-nilai agama dan etika, sebuah kekhawatiran yang telah disuarakan oleh Prof. Sayid Husin Naser sejak tahun 1966.

Menghadapi tantangan ini, Prof. Mujiburrahman mengusulkan dua langkah konkret yang dapat diambil oleh kalangan akademik dan masyarakat luas:

Baca juga:Kaget! Periksa Kandungan Bumil Tetap Bayar Meski Punya BPJS Aktif di Pukesmas Pontianak Utara

Pertama, memikirkan kembali hubungan antara sains dan agama. Menurutnya, penting untuk mencari titik temu yang komplementer antara keduanya. “Kita perlu menghindari kesalahpahaman antara sains dan teologi, seperti yang terjadi saat menghadapi pandemi COVID-19,” ujarnya. Ia juga memperkenalkan konsep ekoteologi dan fikih lingkungan, serta gagasan untuk menambahkan hifzul biah (menjaga keselamatan lingkungan) sebagai tujuan syariah (maqashid syariah) yang keenam.

Kedua, melakukan kajian empiris yang mendalam. Kampus-kampus di Borneo, yang kaya akan sumber daya alam seperti batubara, kelapa sawit, minyak, dan gas, memiliki peran strategis untuk melakukan studi mengenai kerusakan lingkungan. “Kajian ini diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi konkret untuk perubahan menuju pembangunan berkelanjutan,” tegasnya.

Baca juga:Warga Keluhkan Bau Tak Sedap di Sungai Singkawang, Niken Minta Pemprov Kalbar Bertindak

Sebagai penutup, Rektor UIN Antasari berharap agar perguruan tinggi dapat menjadi pelopor dalam menciptakan lingkungan yang sehat, misalnya dengan mengusung konsep green campus atau blue campus. Langkah ini diharapkan dapat menjadi model yang bisa diperluas ke masyarakat yang lebih luas, sebagai kontribusi nyata dalam menjaga kelestarian alam.