Rais dan Ketua Demisioner Tersingkir di Konfercab XIII NU Ketapang, Syafi’ie : Pimpinan Sidang Diktaktor

KETAPANG, ZONAKALBAR.COM – Wakil Ketua demisioner PCNU Ketapang masa khidmat 2019-2024 M. Syafi’ie Huddin menyangkan tindakan pimpinan sidang yang terkesan arogansi dan diktaktor pada Konferensi Cabang XIII Nahdlatul Ulama Ketapang, Sabtu (31/8/2024).

Pada Sidang Pleno IV sesuai dengan Tata Tertib Peraturan PBNU sebagaimana yang termuat pada pasal 12 huruf c Sidang Pleno Tata Tertib, Pemilihan Rais dan Ketua Pengurus Cabang dipimpin oleh PBNU atau dapat dilaksanakan oleh PWNU.

Menurut keterangan Syafi’ie, karena berhubung PBNU tidak hadir pada Konfercab itu, maka pimpinan sidang diambil alih PWNU Kalbar dalam hal ini di pimpin Sekretaris PWNU Kalbar Muhammad Ridwan.

Tindakan itu lanjut Syafi’ie, ia lakukan saat akan dilakukan pemilihan setelah ditetapkannya calon ketua. Ketika calon terpilih dan para peserta mengusulkan kepada pimpinan sidang untuk diberikan kesempatan kepada kedua calon untuk menyampaikan visi dan misi atas kepemimpinannya ke depan, ternyata ia tolak dengan arogansinya.

“Penolakan itu, ia lakukan disertai ancaman kepada semua peserta dan peninjau, dengan mengatakan andai tidak mengikuti kemauannya, maka sidang akan ditunda dan ia akan keluar meninggalkan sidang itu,” kata Syafi’ie, yang juga pernah menjadi Sekretaris PCNU KKU dan Sekretaris PCNU Kabupaten Ketapang.

Ternyata, menurut Syafi’ie, belakangan yang ia dengar informasi itu, tindakan Ridwan sengaja ia lakukan untuk tidak memberikan kesempatan, dengan alasan agar calon yang ia tidak sukai itu khawatir nanti akan mempengaruhi pemilih.

Padahal, lanjut Syafi’ie dalam sebuah organisasi itu hal biasa. Para peserta harus tahu kepada calon yang akan dipilih, apa visi misinya dan apa yang akan diperbuat ke depan setelah memimpin NU Ketapang. Tapi karena Ridwan tidak dalam posisi netral, begitulah akhirnya.

Tindakan Ridwan yang disayangkan Syafi’ie tidak itu saja, tapi ketika para anggota AHWA (Ahlul Halli Wal ‘Aqdi) sedang rapat, ia semaunya keluar masuk di ruang rapat, bahkan terkesan mempengaruhi dan mengarahkan untuk memilih siapa yang menjadi Rais Syuriyah. Sampai kemudian Rais Syuriyah demisioner mengusir ia keluar.

Tindakan itu menurut Syafi’ie tidak mencerminkan seorang pemimpin yang bijak, malah congkak dan arogan. Menurut pria ini NU Ketapang telah dicederai oleh orang-orang yang memiliki kepentingan dan mereka yang tidak menyukai kepemimpinan PCNU Ketapang masa khidmat 2019-2014.

Yang terjadi menurut Syafi’ie, malah orang-orang yang memiliki komitmen dengan disertai keberhasilannya memimpin NU Ketapang antara Rais Syuriyah dan Ketua Tanfidziah justru disingkirkan.

Berbagai cara mereka lakukan, agar kedua pemimpin di NU Ketapang Rais dan Ketua demisioner yang bersih dan jujur itu tidak lagi terpilih untuk memimpin NU Ketapang, walau dengan harus mendzoliminya.

Konfercab XIII Ketapang, lanjut Syafi’ie, memang sudah dikondisikan dan di setir siapa yang akan dipilih sebagai tim AHWA, siapa yang akan menjadi Rais dan siapa juga yang akan menjadi ketua tanfidziyah.

“Sampai kemudian pada malam penutupan Konfercab ada yang mengungkit kembali pada Konferwil NU Kalimantan Barat, bahwa Rais Syuriyah dan Ketua Tanfidziah PCNU Ketapang saat itu yang tidak memilih ketua tanfidziyah yang terpilih sekarang,” pungkas Syafi’ie.