Rektor UIN Palangkaraya, Borneo Punya Modal Menjadi Pusat Peradaban Dunia

PONTIANAK, ZONAKALBAR.COM – Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Palangkaraya, Prof. Dr. H. Ahmad Dakhoir, M.H.I., memaparkan potensi besar Pulau Borneo untuk menjadi pusat peradaban dunia di masa depan. Paparan tersebut disampaikannya dalam agenda Seminar Internasional Koferensi antarbangsa Islam Borneo (KAIB) ke-16 di Hotel Mercure Pontianak.

Baca juga:Rektor UIN Antasari Ajak Akademisi Pikirkan Kembali Hubungan Sains dan Agama untuk Atasi Krisis Lingkungan

Baca juga:Komisi 4 DPRD Pontianak Tinjau Program Makan Bergizi Gratis 

Dalam paparannya yang berjudul “Borneo untuk Masa Depan Umat: Mapping Power Strategic and Impact Factor,” Prof. Dakhoir menyoroti kekayaan Borneo yang tidak hanya melimpah dari segi sumber daya alam, tetapi juga dari warisan ulama spiritual dan intelektual yang mendunia.

“Borneo ini kaya, bukan hanya kaya sumber daya alam, tetapi juga kaya akan ulama spiritual dan intelektual,” ujarnya.

Kekayaan Alam dan Intelektual Borneo

Prof. Dakhoir membeberkan mengenai sejumlah potensi kekayaan alam Borneo yang luar biasa, mulai dari zirkon, emas, batu bara, hingga pasir kuarsa dan silika. Selain itu, potensi minyak dan gas bumi di Brunei Darussalam menempatkannya sebagai salah satu yang terbesar di dunia. Ia juga menyoroti potensi Borneo dalam mendukung ketahanan pangan nasional dan ASEAN melalui pengembangan food estate.

Baca juga:Kaget! Periksa Kandungan Bumil Tetap Bayar Meski Punya BPJS Aktif di Pukesmas Pontianak Utara

Di sisi lain, Prof. Dakhoir juga menekankan kekuatan spiritual dan intelektual Borneo yang diwarisi dari para ulama besar. Salah satunya adalah Syekh Muhammad Arsyad Albanjari, seorang ulama besar yang karyanya, Kitab Sabilal Muhtadin, menjadi rujukan di Asia Tenggara.

“Beliau ini pengarang 17 kitab prestisius, dan pernah menjadi mufti serta imam besar Masjidil Haram,” tambahnya.

Pendekatan Masa Depan untuk KAIB

Menurut Prof. Dakhoir, KAIB sebagai wadah akademik harus mampu mengkombinasikan antara pendalaman pengetahuan (aqliyah) dengan spiritualitas (bismi rabbik). Pendekatan ini diyakini akan melahirkan peradaban yang menenangkan dan seimbang, serta menghindari eksploitasi alam yang berlebihan.

Baca juga’MAN 1 Pontianak Sukses Gelar KS Vo. 3-2025 Se-Kalbar, SMAN 3 Singkawang Raih Juara Umum

“Kita perlu mengkombinasikan spirit Iqra Bismi Rabbik, yaitu pendalaman pengetahuan dengan spiritualitas, untuk menghindari eksploitasi alam yang tidak seimbang,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya menggabungkan ilmu-ilmu keislaman dari Timur (kutub masyrikiyah) dan ilmu-ilmu dari Barat (kutub maghribiah) untuk mencapai peradaban yang seimbang.

Prof. Dakhoir berharap, melalui KAIB, potensi sumber daya manusia dan alam yang dimiliki Borneo dapat dioptimalkan untuk kemajuan umat. Ia juga berharap UIN Palangkaraya dapat menjadi tuan rumah penyelenggaraan KAIB di masa yang akan datang.