Soeharto dan Luka Pengkhianatan terhadap Bangsa

Oleh : Haidar ali Yahya R.

ZONA KALBAR COM – Soeharto bukan sosok tanpa dosa dalam sejarah bangsa ini. Di balik wajah “Bapak Pembangunan,” tersimpan deretan kasus dan pengkhianatan yang meninggalkan luka mendalam bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Ia bukan hanya menindas rakyat dengan kekuasaan yang otoriter, tetapi juga mengkhianati Bung Karno, sang Proklamator yang telah membesarkan namanya.

BACA JUGA: Menakar Ulang Peran Mahasiswa dalam Peta Kekuasaan Demokrasi Demagogi

Setelah peristiwa G30S 1965, Soeharto memanfaatkan situasi genting untuk merebut kekuasaan dari tangan Bung Karno. Ia menggunakan Supersemar (Surat Perintah 11 Maret) yang semula hanya mandat terbatas, menjadi alat untuk mengambil alih kekuasaan sepenuhnya. Dengan langkah licik, Bung Karno dijatuhkan tanpa proses hukum, dijauhkan dari rakyat, dan dikucilkan hingga akhir hayatnya. Inilah bentuk pengkhianatan politik terbesar dalam sejarah Indonesia modern pengkhianatan terhadap orang yang memberinya kesempatan mengabdi kepada negeri.

BACA JUGA: Lentera Penggerak Demokrasi Gelar Aksi Damai Pilkada Berintegritas

Selain pengkhianatan terhadap Bung Karno, masa pemerintahan Soeharto juga dipenuhi pelanggaran HAM berat, seperti pembunuhan massal 1965–1966, penindasan di Timor Timur, Tanjung Priok, hingga tragedi 1998. Rezimnya membungkam pers, membatasi kebebasan berpendapat, dan menebar ketakutan di tengah masyarakat. Tidak hanya itu, di bawah pemerintahannya tumbuh korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang merusak sendi-sendi keadilan sosial dan ekonomi bangsa.

Bagaimana mungkin seseorang yang menindas rakyatnya, mengkhianati pemimpin pendiri bangsa, serta menumpuk kekayaan di atas penderitaan rakyat, diangkat sebagai Pahlawan Nasional?
Gelar pahlawan adalah penghormatan tertinggi bagi mereka yang berjuang demi bangsa, bukan bagi mereka yang mengkhianati perjuangan dan memperkaya diri di atas penderitaan rakyat.

BACA JUGA: Membaca Gaya Kepemimpinan Presiden Soekarno

Menjadikan Soeharto pahlawan berarti melupakan air mata para korban, menghapus luka sejarah Bung Karno, dan menodai makna sejati kepahlawanan.
Bangsa yang benar-benar merdeka adalah bangsa yang berani menolak memuliakan pengkhianatnya.

Opini dengan judul Soeharto dan Luka Pengkhianatan terhadap Bangsa ditulis oleh Haidar ali Yahya R. dan sepenuhnya tanggungjawab penulis.**

IKUTI ZONA KALBAR COM DI GOOGLE NEWS / BERLANGGANAN ZONA KALBAR COM MELALUI WHATSAPP