ZONA KALBAR, PONTIANAK -Pemerintah Kota Pontianak melalui Dinas Kesehatan kembali menemukan fakta mengkhawatirkan: sebagian besar kasus HIV/AIDS yang terdeteksi di kota ini berasal dari luar warga asli Pontianak. Dari 269 orang yang terpapar HIV/AIDS, hanya 62 orang yang merupakan warga lokal, sementara sisanya adalah orang-orang dari luar daerah yang membawa virus mematikan ini ke kota.
BACA JUGA: Batal Umrah: Warga Pontianak Jual Rumah, Malah Terlantar di Sidoharjo!
Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Saptiko, menegaskan bahwa meskipun ada pemeriksaan rutin, mayoritas kasus ditemukan pada pendatang yang berisiko menyebarkan virus lebih luas lagi. “Ditemukan dari pemeriksaan HIV baik orang Pontianak maupun orang dari luar Pontianak. Namun, sebagian besar justru berasal dari luar kota,” ujarnya tegas pada Senin (03/11/2025).
Kasus ini bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh. Meskipun saat ini kasus di warga lokal relatif stabil dan tidak menunjukkan peningkatan signifikan, ancaman penyebaran dari luar daerah tetap nyata dan berpotensi memperparah situasi kesehatan masyarakat Pontianak.
BACA JUGA: Syakirah Buda Pontianak Raih Mahkota Miss Teenager Indonesia 2025, Banggakan Kalimantan Barat
Penting untuk dipahami, HIV/AIDS bukanlah penyakit yang bisa disembuhkan sepenuhnya. Virus ini tetap bersembunyi dalam sel tubuh meskipun kadar virus di darah bisa ditekan hingga nol dengan obat antiretroviral (ARV). “Virus tidak hilang sepenuhnya. Jika obat dihentikan, virus bisa meledak kembali dan memperburuk kondisi,” jelas Saptiko.
Wali Kota Pontianak sekaligus Ketua Umum Komisi Penanggulangan AIDS Kota Pontianak, Edi Kamtono, menegaskan bahwa pengobatan hanya bisa dijamin melalui layanan BPJS Kesehatan dengan akses obat ARV. Namun, tanpa kesadaran dan kepatuhan pengidap untuk terus mengonsumsi obat, risiko penularan dan kematian tetap mengintai.
Lebih dari sekadar masalah medis, penderita HIV/AIDS menghadapi stigma dan tekanan sosial yang besar. Oleh karena itu, Edi Kamtono mengingatkan pentingnya dukungan moral dan semangat dari masyarakat agar para pengidap dapat bertahan dan tetap beraktivitas normal. “Saudara-saudara kita yang sudah terpapar harus kita beri semangat agar bisa bertahan hidup dan melakukan aktivitas,” ujarnya.
Namun, kenyataannya, tanpa langkah pencegahan yang serius dan pengawasan ketat terhadap mobilitas pendatang, Pontianak berpotensi menjadi pusat penyebaran HIV/AIDS yang lebih masif dan sulit dikendalikan.
Dengan gaya seperti ini, pembaca diharapkan lebih menyadari urgensi dan bahaya yang mengintai dari ppontianakenyebaran HIV/AIDS, terutama dari luar daerah, sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dan dukungan terhadap upaya pencegahan dan pengobatan. Apakah Anda ingin saya bantu untuk membuat versi lain atau fokus pada aspek tertentu?

