ZONA KALBAR, PONTIANAK – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Pontianak mencatat angka yang mengejutkan: sejak Januari hingga Oktober 2025, sebanyak 2.245 warga Pontianak positif Tuberculosis (TBC). Semua pasien kini tengah menjalani pengobatan, namun fakta ini menjadi peringatan keras akan bahaya penyakit menular yang masih mengancam masyarakat.
BACA JUGA: Gacor! Siswa SMPN 13 Pontianak Raih Prestasi Gemilang di Gelora Army 2025
Kepala Dinkes Kota Pontianak, Saptiko, menjelaskan bahwa lonjakan kasus ini bukan sekadar angka, melainkan gambaran nyata tentang seberapa luas dan cepat penyakit TBC bisa menyebar. Menurutnya, peningkatan ini terjadi karena Dinkes kini aktif melakukan skrining langsung ke rumah-rumah warga, menemukan banyak kasus yang sebelumnya tidak terdeteksi.
“Kasus TBC di Kota Pontianak tahun 2025 dari Januari sampai sekarang sudah ditemukan 2.245 orang. Angka ini meningkat karena sistemnya sudah berubah. Kalau dulu menunggu di puskesmas, sekarang para kader TBC turun langsung ke rumah-rumah untuk sosialisasi dan mencari pasien,” ungkap Saptiko.
Yang lebih mengkhawatirkan, sebagian besar penderita berada di usia produktif antara 18 hingga 50 tahun — kelompok yang aktif beraktivitas dan kerap berinteraksi dengan banyak orang. Ini berarti potensi penularan ke keluarga dan lingkungan kerja sangat tinggi. Bahkan, kasus TBC juga ditemukan pada anak-anak, yang lebih rentan mengalami komplikasi serius.
TBC bukan penyakit biasa. Ia adalah penyakit menular yang mematikan jika tidak ditangani dengan serius. Jika pasien tidak disiplin menjalani pengobatan, risiko penularan meningkat drastis dan dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam nyawa.
BACA JUGA: Syakirah Buda Pontianak Raih Mahkota Miss Teenager Indonesia 2025, Banggakan Kalimantan Barat
“Pencegahannya ada beberapa cara. Untuk bayi dan balita wajib imunisasi. Sedangkan bagi yang sudah terkena, wajib minum obat secara rutin. Setelah dua minggu pengobatan, biasanya pasien sudah tidak menular lagi,” jelas Saptiko. Namun kenyataannya, ketidakpatuhan dalam mengonsumsi obat justru membuka peluang bagi bakteri TBC untuk bermutasi menjadi lebih kebal obat, membuat pengobatan semakin sulit dan berbahaya.
Dinkes Pontianak kini gencar menjalankan strategi penemuan kasus secara masif demi menghentikan rantai penularan. Tetapi tanpa kesadaran dan disiplin dari masyarakat, wabah ini bisa terus membesar dan mengancam lebih banyak nyawa.
“Strategi utama kami adalah memperbanyak penemuan pasien TBC agar bisa segera diobati,” tambah Saptiko.
Langkah preventif tak hanya dilakukan oleh Dinkes, tetapi juga pemerintah kelurahan melalui program Kelurahan Siaga TBC, seperti yang baru saja diluncurkan di Kelurahan Mariana, Kecamatan Pontianak Kota. Program ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat agar dapat mengenali gejala TBC sejak dini dan segera mendapatkan pengobatan.
BACA JUGA: Batal Umrah: Warga Pontianak Jual Rumah, Malah Terlantar di Sidoharjo!
“Dengan adanya Kelurahan Siaga TBC, masyarakat diharapkan lebih sadar tentang gejala penyakit ini dan tahu harus berobat ke mana,” katanya.
Saptiko mengingatkan, TBC adalah ancaman nyata yang bisa mengintai siapa saja. Disiplin dalam pengobatan bukan hanya menyelamatkan nyawa pasien, tetapi juga mencegah penularan mematikan kepada keluarga dan masyarakat luas.
BACA JUGA: Memanas! Pihak Dumah Sakit Bantah Tudingan Pelayanan RSI YARSI Pontianak Buruk
Jika Anda atau orang di sekitar Anda menunjukkan gejala seperti batuk berkepanjangan, penurunan berat badan drastis, demam malam, dan kelelahan, jangan tunda untuk memeriksakan diri. Ingat, TBC bukan hanya masalah individu, tetapi ancaman yang harus ditangani bersama sebelum terlambat!

