Janji Dijemput! Anak Umur 10 Tahun Nunggu Abangnya di Swalayan Pontianak Hampir 1 Tahun

PONTIANAK, ZONA KALBAR – Di antara hiruk pikuk Jalan Komyos Soedarso, di depan sebuah swalayan yang ramai, ada sepasang mata yang selalu menatap penuh harap. Mata itu milik FK, seorang bocah berusia 10 tahun yang telah lama menghuni sudut jalanan ini. Bukan tanpa alasan ia berada di sana, melainkan sebuah janji yang terus ia genggam erat di hatinya: janji dari abangnya untuk menjemputnya.

BACA JUGA: Bupati Kubu Raya Semprot Ketidakhadiran Sejumlah OPD di Acara Anak Paud

Setiap hari, di bawah terik matahari atau dinginnya malam, FK setia menunggu. Swalayan itu, dengan SPBU di sampingnya dan Rumah Sakit Sultan Syarif Abdurahman sebagai tetangganya, menjadi saksi bisu penantian panjangnya. Riko, seorang petugas swalayan, menjadi salah satu orang yang paling sering melihat FK. “Sudah hampir setahun dia di sini. Sejak saya pertama kali ditugaskan di sini, dia sudah ada,” tutur Riko dengan nada prihatin.

BACA JUGA: Anak Terlantar yang Tidur di Swalayan Daerah Pontianak Kini Diserahkan ke KPAD Kubu Raya

Riko bercerita bahwa ia seringkali merasa iba melihat FK. Bocah itu sering meminta belas kasih dari pengunjung swalayan, membuat Riko sempat ditegur oleh atasannya. Namun, melihat tatapan kosong dan harapan yang terpancar dari mata FK, Riko tak tega untuk mengusirnya. “Kadang kasihan juga lihat kondisinya. Dia bilang nunggu abangnya, tapi sampai sekarang tidak pernah datang,” ujarnya.

Pernah suatu ketika, ada petugas dari dinas sosial yang menjemput FK. Riko berharap itu menjadi akhir dari penantiannya. Namun, harapan itu pupus. Setelah seminggu, FK kembali lagi ke sudut swalayan itu, dengan tatapan yang semakin sayu. “Dulu pernah dijemput, kayak orang dinas gitu. Sempat seminggu tidak ada, tapi balik lagi,” kata Riko.

BACA JUGA: Hobi Nyolong! Pemuda Spesialis Bobol Rumah Kosong di Kubu Raya Akhirnya Ditangkap

Saat didekati, FK hanya menjawab singkat dengan nada lirih. “Kamek nunggu abang kamek bang, kate die nak menjemput, make saye nunggu sini,” ucapnya dengan wajah tertutup baju, menyembunyikan air mata yang mungkin jatuh membasahi pipinya. Ia mengaku tinggal di kawasan Sungai Rengas, tempat abangnya meninggalkannya dengan janji manis yang kini terasa pahit.

Di tangannya, tergenggam sebuah gelas kosong. Bukan untuk meminta lebih, melainkan sebagai simbol harapan yang tak pernah padam. Setiap tetes uang yang ia terima, mungkin ia bayangkan sebagai bekal untuk menyambut abangnya kelak.

BACA JUGA: Meriahkan HUT Pontianak ke-254, Ratusan Anak PAUD Ikuti Pawai Karnaval Budaya

Kisah FK adalah potret buram kehidupan yang seringkali terabaikan. Di tengah gemerlap kota, ada seorang bocah yang merindukan kasih sayang keluarga, yang setia menanti janji yang mungkin tak akan pernah ditepati. Semoga, kisah ini mengetuk hati kita semua untuk lebih peduli terhadap mereka yang membutuhkan, dan memberikan sedikit kehangatan di tengah dinginnya dunia.**

IKUTI ZONA KALBAR COM DI GOOGLE NEWS / BERLANGGANAN ZONA KALBAR COM MELALUI WHATSAPP