Oleh : Faris
Bangsa kita, Indonesia, sedang melalui masa-masa yang penuh ujian. Dalam beberapa waktu terakhir, situasi menjadi mencekam. Berbagai peristiwa yang terjadi telah menimbulkan reaksi keras dari berbagai kalangan, memantik kemarahan, kekecewaan, dan keresahan yang merata di tengah masyarakat. Suara-suara rakyat menggema dari pelosok negeri, menyerukan keadilan dan perubahan, seolah menggambarkan betapa dalamnya luka yang dirasakan bangsa ini. Namun, di tengah gelapnya suasana, Allah menghadirkan sebuah cahaya penyejuk hati:
peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Sebuah momen istimewa yang selalu membawa pesan kedamaian, cinta, dan keberkahan bagi umat manusia. Hari kelahiran Rasulullah SAW bukan sekadar bagian dari sejarah. Maulid adalah pengingat tentang hadirnya sosok agung yang diutus Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam. Sosok yang lahir di tengah masyarakat yang terpecah, penuh kekacauan, ketidakadilan, dan pertikaian, namun kemudian hadir membawa cahaya kebenaran, kedamaian, dan persatuan.
Sejarah mencatat, sebelum Rasulullah lahir, masyarakat Arab kala itu hidup dalam masa jahiliyah.
Nilai kemanusiaan terpinggirkan, perpecahan merajalela, dan keadilan sulit ditemukan. Tetapi justru dari keadaan yang kelam itulah, Allah mengutus Muhammad SAW sebagai cahaya penerang yang mengubah wajah peradaban dunia. Melalui akhlak yang mulia, kelembutan hati, dan keteguhan iman, Rasulullah berhasil mempersatukan umat yang tercerai-berai, menumbuhkan kasih sayang, dan menegakkan keadilan.
Hari ini, bangsa kita berada pada persimpangan jalan yang sama. Indonesia sedang diuji dengan ujian kesabaran, persatuan, dan keikhlasan. Ketegangan di tengah masyarakat dapat memecah belah jika kita tak segera menenangkan hati. Namun, Maulid Nabi datang membawa pesan yang sangat relevan:
bahwa harapan selalu ada, bahwa cahaya akan datang setelah gelap, dan bahwa kedamaian akan hadir setelah kegaduhan.
Saudaraku sebangsa dan setanah air,
Mari kita jadikan peringatan Maulid ini sebagai momentum untuk merenung dan memperbaiki diri. Bukan hanya sebagai seremoni, tetapi sebagai titik balik perubahan – perubahan akhlak, perubahan sikap, dan perubahan cara kita membangun bangsa.
Maulid mengajarkan kita tiga hal penting untuk dihidupkan dalam situasi bangsa saat ini:
1. Meneladani kelembutan Rasulullah
Rasulullah SAW adalah pribadi yang penuh kasih sayang, bahkan kepada mereka yang memusuhinya. Saat amarah masyarakat memuncak, kita diingatkan untuk menahan diri, memeluk perdamaian, dan mengedepankan hati yang sejuk.
2. Memupuk persatuan dan ukhuwah
Rasulullah berhasil mempersatukan kabilah-kabilah yang berseteru selama berabad-abad. Indonesia, dengan keberagaman suku, agama, dan budaya, hanya bisa menjadi bangsa yang kuat jika kita menempatkan persaudaraan di atas segala perbedaan.
3. Menjadikan keadilan sebagai pijakan
Rasulullah selalu menegakkan keadilan, meski itu sulit dan penuh risiko. Bangsa kita pun akan kembali tenteram bila semua pihak mengedepankan kebenaran dan keadilan, bukan kepentingan kelompok atau golongan tertentu.
Hari kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah tanda cinta Allah kepada umat manusia. Momentum ini membawa pesan bahwa bangsa Indonesia tidak boleh larut dalam kemarahan dan perpecahan. Kita harus kembali merajut persaudaraan, menumbuhkan kepercayaan, dan menghidupkan harapan.
“Dan tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.” — QS. Al-Anbiya: 107
Mari kita sambut Maulid Nabi dengan hati yang tenang. Mari kita belajar memaafkan, bersabar, dan saling menggenggam tangan. Mari kita menjadikan akhlak Rasulullah sebagai kompas untuk menavigasi perjalanan bangsa ini menuju kedamaian dan keberkahan.
Semoga peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tahun ini benar-benar menjadi titik balik perubahan umat dan bangsa. Semoga cahaya Rasulullah menuntun langkah kita, menyejukkan hati-hati yang panas, menyatukan yang tercerai, dan membimbing Indonesia menuju masa depan yang lebih damai, lebih adil, dan lebih penuh keberkaha