KETAPANG, ZONA KALBAR – Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PC NU) Kabupaten Ketapang selenggarakan Silaturahmi dan Halaqah Revitalisasi Amaliah Ahlussunah Wal Jama’ah (Aswaja) An-Nahdliyah. Kegiatan yang dirangkai dengan buka puasa bersama ini dilaksanakan di Gedung Bintang 9 NU Ketapang, Minggu (17/3/2024).
Halaqah Revitalisasi Amaliah Aswaja An-Nahdliyah menghadirkan narasumber Ketua Tanfidziah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalimantan Barat, Prof. Dr. KH. Syarif, MA.
Silaturahmi dan Halaqah dihadiri sekitar 150 peserta. Hadir pada kesempatan itu Rais Syuriyah PCNU Kabupaten KH. Moh. Faisol Maksum, Ketua PCNU Ketapang H. Satuki Huddin, beserta jajaran Mustasyar, Syuriah, Tanfidziah, Lembaga dan Banom NU Ketapang.
Dalam sambutanya Ketua PCNU Ketapang mengatakan, Halaqah Revitalisasi Amaliah Aswaja An-Nahdliyah yang sekaligus dirangkai dengan buka puasa bersama diadakan dalam rangka upaya menghidupkan kembali tradisi amaliah-amaliah Aswaja An-Nahdliyah.
Dikatakan Satuki, Halaqah tentang Revitalisasi menjadi keseriusan untuk dilaksanakan, bahwa akhir-akhir ini banyak amaliah-amaliah NU yang telah diwariskan oleh para ulama-ulama dan muassis NU sudah mulai banyak ditinggalkan. Bahkan justru yang mempeloporinya adalah orang-orang NU sendiri.
“Saya mendapatkan informasi beberapa masjid yang awalnya Tarawih 20 raka’at, sekarang menjadi delapan raka’at. Dan yang mempelopori perubahan itu justru kader-kader NU, walau belum masuk di struktural NU,” ungkapnya.
Berkaitan dengan itu Ketua PCNU Ketapang telah berdiskusi dengan Ketua Masjid Agung Al-Ikhlas Ketapang, untuk mengadakan rapat dengan pengurus dan penasihat masjid, yayasan, MUI, NU dan Muhammadiyah. Karena selama ini di Masjid Agung melaksanakan Shalat Tarawih delapan raka’at.
“Kita ingin memberikan ruang kepada yang 20 tanpa meninggalkan yang delapan. Sehingga nanti yang delapan silakan. Tapi begitu mau melanjutkan ke 20 untuk diteruskan. Kalau Majid Istiqlal imamnya ada dua. Imam pertama 8 dan dilanjutkan ke imam 20,” jelasnya.
Sementara Ketua PWNU Kalbar mengajak kepada jajaran pengurus NU dan seluruh Banom NU Ketapang, mesti ada para sosok ulama di daerah ini yang mau mengajarkan keilmuannya, baik tentang tasawuf maupun aqidah.
Syarif meminta jangan alim sendiri. Karena aqidah jama’ah saat ini rentan. Mengapa orang NU malas shalat 23 raka’at. Persoalannya buka pada pahalanya, tetapi kita lebih kepada hubbuddunya lebih besar dari pada keyakinan kita kepada para muassis NU.
“Kalau kita yakin, dan saya yakin seyakin-yakinnya. Bahwa para muassis kita Mbah Hasyim, gurunya sepertinya Syekhona Kholil, Syekhona Nawawi al-Bantani. Beliau itu para Auliya Allah. Beliau ini hukum utama Auliya Allah, dan itu mesti gurunya langsung Rasulullah,” paparannya.
Rektor IAIN Pontianak ini mengatakan dalam sebuah risetnya pada tahun 2023. NU di Kalbar adalah 72,9 persen. Riset itu tidak termasuk ke kampung-kampung. Kalau ke kampung-kampung harusnya ada 20 item kriteria orang NU. Salah satunya orang NU kalau hamil selamatan tujuan bulan, biasanya pakai bacan shalawatan dan berzanji.
Pada kesempatan itu, peria kelahiran Ketapang ini juga menyinggung persoalan generasi milenial terkait hadapi bonus demografi. Pertanyaannya yang ia lontarkan adalah upaya apa yang sudah dilalukan pengurus NU. Sejauh mana telah mengakomodasi program untuk melibatkan dan melakukan infiltrasi atau doktrinasi kepada generasi milenial.
Menurut Prof. Syarif, hari ini NU besar sendiri, yaitu besar dari pesantren. Maka hari ini dirinya getol mengkampanyekan pesantren. Di kampus yang pimpin dipaksa mahasiswanya dididik sebagai santri dalam dua semester menjadi mahasantri.
Di Pesantren itulah lanjut Syarif, para kyai berkesempatan menanamkan Aswaja An-Nahdliyah. Ia juga mengajak bagi yang jadi pengusaha dan pejabat, untuk berlomba-lomba sekolahkan anaknya ke pondok pesantren. Atau setidaknya menyekolahkan anaknya yang memang disana basisnya Aswaja An-Nahdliyah.
“Kalau bukan kita yang meng-ihya-kan (menghidupkan) amaliah-amaliah An-Nahdliyah lalu siapa lagi. Pengurus NU dulu lah. Jangan shalat di rumah masing-masing. Laksanakan 23 raka’at pun harus yang bagus, tapi jangan juga belagu-belagu, mentang-mentang qori,” katanya.
Prof. Syarif juga meminta kepada Ibu-ibu untuk percaya diri ber NU, tak usah malu-malu. Tanpa harus mencaci aliran lain. “Bahwa Wahabi membid’ah-bid’ahkan kita,, biarkan saja, nanti capek sendiri mulutnya. Tak usah dilawan, pakai takbir-takbir di jalan lalu memaki-maki orang,” pesannya.
“Jangan malu-malu bahwa saya Tarawih 23, tadi sudah saya kasi dasar bahwa NU ini adalah sanad fikroh muassis NU tak berjarak, sanadnya langsung kepada Rasulullah. Pun kalau mendapat dari gurunya beliau bertalaqqi kepada Rasulullah,” jelasnya.
Sebelum acara buka bersama, PCNU Ketapang melalui LAZISNU Ketapang telah membagikan paket sembako kepada para dhuafa. Penyerahan dilakukan Rais Syuriyah PCNU Ketapang Kyai Faisol Maksum. Selanjutnya seluruh jama’ah melanjutkan shalat Maghrib berjamaah di gedung NU.